Sabtu, 18 Juni 2016

Pengertian dan Fungsi Metode Pendidikan

A.   Pengertian Metode Pendidikan

Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti ”melalui.” Dan hodos berarti ”jalan atau cara”, bila ditambah logi sehingga menjadi metodologi berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan”, oleh karena kata logi yang berasal dari kata Yunani (Greek) logos berarti “akal” atau “ilmu”.
Sedangkan secara istilah, Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan sebagai: “rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau ia adalah proses yang melaksanakannya yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi berkesan.” Disisi lain Imam Barnadib mengartikan metode sebagai suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan pendidikan.
Dengan demikian secara umum metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan.
Apabila ditarik pada pendidikan islam, metode dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami.[1]
Adapun Al Qur`an sendiri secara eksplisit tidak menjelaskan arti dari metode pendidikan. Namun kata metode dalam bahasa arab dibahasakan dengan kata Al-Tariqah, banyak dijumpai dalam al-Qur’an. Menurut Muhammad Abd al-Baqi, didalam Al Qur`an kata Al-Tariqah di ulang sebanyak sembilan kali. Salah satunya kata ini terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti al-tariqah al-mustaqimah, yang diartikan jalan yang lurus. Hal ini terdapat dalam Al Qur`an surat Al Ahqaaf ayat 30:
Mereka berkata: “Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.”
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa metode atau jalan oleh al-Qur’an dilihat dari sudut objeknya, fungsinya, akibatnya, dan sebagainya. Ini dapat diartikan bahwa perhatian al-Qur’an terhadap metode demikian tinggi, dengan demikian Al-Qur'an lebih menunjukkan isyarat-isyarat yang memungkinkan metode ini berkembang lebih lanjut.
Dengan berlandaskan pada beberapa definitif di atas dapat kami tegaskan bahwa metode pendidikan merupakan sebuah mediator yang mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan untuk menyampaikan sebuah visi pendidikan kepada tujuannya.[2]

B.  Fungsi Metode Pendidikan
Metode pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Dengan bertolak pada dua pendekatan ini dapat dikatakan bahwa metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut.
Metode pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan, ketertarikan, sifat dan kesungguhan para peserta didik dan juga harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan kekuatan intelektualnya. Pendidik dalam memberikan pelajaran atau mendidik peserta didik harus bisa memberi keleluasaan sehingga peserta didik dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Dalam menyampaikan materi pendidikan perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu, jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna dengan memandang potensi individu setiap peserta didik, oleh karena itu pendidik dituntut agar memahami aspek psikologis dan karakter setiap peserta didik.
Dari sini jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Tidak salah jika ada sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa “metode lebih utama dari pada materi (al-taiqah aula min al-madah)” disebabkan materi itu bagaikan raga yang harus digerakkan oleh jiwa. Tanpa adanya penggerak yang membawa pada tujuan maka proses pendidikan tidak akan tecapai secara maksimal.[3]



[1] An Nahlawi, Abdurrahman,  Prinsi-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Diponegoro: Bandung, 1996,hal.45-46 
[2]  Darajat, Zakiyah Dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hal. 35-36
[3]  Ihsan, Hamdani. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

FILSAFAT PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam memiliki sifat universal dan komplisit dapat merambah keranah kehidupan apapun, termasuk dalam ranah pendidikan.
Sejarah telah membuktikan bahwa, kemunculan pendidikan sebagai disiplin ilmu yang mandiri berasal dari pemikir-pemikir muslim. Melalui metode empirisnya mereka telah menemukan konsep dan teori pendidikan, sehingga mereka banyak memberikan konstribusi dengan berbagai disiplin ilmu lain yang berhubungan dengan pendewasaan manusia.
Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan, karena kajian semacam ini akan melihat pendidikan dalam suatu realitas yang komprehensif. Kajian tentang pendidikan akan membantu memberi informasi tentang hakekat manusia sebagai dirinya sendiri, sebelum kita jauh membahas disini akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian filsafat serta obyek filsafat pendidikan Islam. Mudah-mudahan makalah ini memenuhi nilai tugas yang diberikan oleh pembimbing serta tak lupa saran dan kritik kami perlukan untuk menyempurnakan makalah ini.

B.   Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka muncullah rumusan masalah sebagai berikut:
1.  Apakah pengertian filsafat pendidikan Islam.
2.  Siapa dan apa sajakah obyek filsafat Pendidikan Islam?

C.    Tujuan Penulisan
1.  Untuk Mahasiswa mengetahui pengertian filsafat Pendidikan Islam.
2.  Untuk Mengetahui siapa dan apa sajakah obyek filsafat Pendidikan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem Pendekatan dalam Pengajaran Agama di Pondok Pesantren.
Pengertian “sistem” bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat.
Dengan demikian sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Pengertian lainnya yang umum dipahami dikalangan awam adalah bahwa sistem (lebih tepat sistem) itu merupakan “cara” untuk mencapai tujuan tertentu dimana dalam penggunaannya bergantung kepada pelbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan tersebut. Sistem dalam pengertian ini lebih berdekatan dengan pengertian “metode”, sedang “metode” mula-mula berasal dari kata “meta” berarti melalui dan“hodos” berarti jalan. Jadi methode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan.
Bila kita mempergunakan istilah “sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren” maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren itu. Sedangkan bila kita mempergunakan istilah “sistem (“susteem” dalam bahasa Belanda) pendekatan” tentang metode pengajaran agama Islam di Indonesia, maka tak lain pengertiannya adalah “cara pendekatan dan cara penyampaian ajaran agama Islam di Indonesia” dimana scopenya yang luas, tidak hanya berbatas pada pondok pesantren, akan tetapi mencakup lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum dan non formal seperti pondok pesantren.

B.     Metode Penyampaian dalam Pengajaran Agama di Pondok Pesantren.
Dalam metode penyampaiannya ada beberapa pondok salafiyah yang masih menggunakan metode lama atau tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, metode-metode tersebut antara lain:
1.      Sorogan
Yaitu suatu sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan Kiai dengan Santri sangat dekat, sebab Kiai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu.
2.      Bandungan
Sistem bandungan ini sering disebut dengan Halaqoh dimana dalam pengajaran, kitab yang dibaca oleh Kiai hanya satu, sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kiai.
3.      Weton
Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton bukan merupakan pengajian rutin harian, tapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap selesai sholat Jum’at dan sebagainya.

Adapun metode yang dapat dipergunakan dilingkungan pondok pesantren antara lain, seperti tersebut di bawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi masing-masing:
  1. Metode tanya jawab                             10. Metode widya wisata
  2. Metode diskusi                                     11. Metode pemberian situasi
  3. Metode imlak                                        12. Metode problem solving
  4. Metode mutholaah/riatal                       13. Metode pembiasaan
  5. Metode proyek                                      14. Metode dramatisasi
  6. Metode dialog                                       15. Metode reinforcement
  7. Metode karya wisata                             16. Metode berdasarkan teori -
  8. Metode hafalan/verbalisme                         Connectionisme
  9. Metode sosiodrama                               17. Metode dengan sistem modul

Macam-macam metode itu menjadi efektif dan tidaknya bagi santri (anak didik) adalah banyak bergantung kepada pribadi pendidik (guru/pengajar/ pengasuh) itu sendiri.

C.    Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren
Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1.      Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini tekanannya diutamakan pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif dan afektif.
2.      Pendekatan Sosio-kultur
Pendekatan ini lebih ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang makin maju dalam berbudaya dan berperadapan.
3.      Pendekatan Religik
Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas).
4.      Pendekatan Historis
Ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
5.      Pendekatan Komparatif
Pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
6.      Pendekatan Filosofis
Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan mamakai akan atau rasio.

D.    Prinsip-prinsip Umum dalam Proses Belajar dan Mengajar Agama di Pondok Pesantren
Prinsip-prinsip umum belajar dan motifasi yang perlu ditetapkan dalam pondok pesantren yaitu:
1.      Prinsip Kebermaknaan
Prinsip ini menghendaki bahwa anak didik akan terdorong untuk mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
2.      Prinsip Prasyarat
Prinsip ini menuntut pendidik untuk menyadari bahwa anak didik akan tergerak untuk mempelajari hal-hal baru bila ia memiliki semua prasyarat yaitu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki anak didik dengan yang dimiliki oleh pendidik.
3.      Prinsip-prinsip Model
Prinsip ini menghendaki agar pendidik memberikan dalam proses belajar model/contoh yang dapat diamati atau ditiru oleh anak didik. Dengan demikian, ia akan berusaha memiliki tingkah laku yang baru sebagai yang diterapkan oleh pendidik dalam model/contoh tersebut.
4.      Prinsip Komunikasi Terbuka
Prinsip tersebut menuntut agar pendidik mendorong anak didik lebih banyak mempelajari sesuatu dengan cara penyajian yang disusun sedemikian rupa sehingga pesan-pesan pendidik terbuka bagi anak didik.
5.      Prinsip Kebaruan
Anak didik akan lebih banyak belajar bilamana minat/perhatiannya tertarik oleh penyajian-penyajian yang relatif baru.
6.      Prinsip Praktek Aktif
Prinsip praktek akrif yaitu anak akan dapat belajar lebih baik bilamana ia diikutsertakan dalam praktek.
7.      Prinsip Praktek Terbuka
Anak didik akan belajar lebih baik dan giat bilamana pelajaran praktek tersebut disusun dalam periode yang singkat yang didistribusikan dalam jangka waktu tertentu.
8.      Prinsip Mengurangi Petunjuk
Seorang anak didik akan lebih baik dalam belajarnya bilamana instruksi (perintah) atau petunjuk semakin dikurangi dan dihapuskan.


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode dan sistem pendidikan pada pondok pesantren itu tidak hanya berkutik pada metode-metode tradisional saja, akan tetapi pendidikan di pondok pesantren juga telah menggunakan berbagai metode-metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan tersebut, dengan demikian pendidikan pondok pesantren tidak lagi dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang kuno, bahkan pendidikan yang telah berkembang pada saat ini banyak yang menggunakan sistem yang digunakan dalam pondok pesantren.

METODE PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Di kalangan masyarakat yang berbudaya modern, sistem dan metode pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektifitas dan efisiensi.
Metode penyajian atau penyampaian di pondok pesantren bersifat tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, seperti pengajian dengan balahan, weton dan sorogan.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.  Apakah pengertian sistem pendekatan dalam pengajaran agama di pondok pesantren?
2.  Bagaimana metode penyampaian dalam pengajaran agama di pondok pesantren?
3.  Bagaimana sistem pendekatan metodologis di pondok pesantren?
4.  Apakah prinsip umum dalam proses belajar mengajar agama dalam pondok pesantren?

C.    Tujuan Pembahasan
1.  Untuk mendiskripsikan pengertian sistem pendekatan dalam pengajaran agama di pondok pesantren.
2.  Untuk mendiskripsikan metode penyampaian dalam pengajaran agama di pondok pesantren.
3.  Untuk mendiskripsikan sistem pendekatan metodologis di pondok pesantren.
4.  Untuk mendiskripsikan prinsip umum dalam proses belajar dan mengajar agama di pondok pesantren.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem Pendekatan dalam Pengajaran Agama di Pondok Pesantren.
Pengertian “sistem” bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat.
Dengan demikian sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Pengertian lainnya yang umum dipahami dikalangan awam adalah bahwa sistem (lebih tepat sistem) itu merupakan “cara” untuk mencapai tujuan tertentu dimana dalam penggunaannya bergantung kepada pelbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan tersebut. Sistem dalam pengertian ini lebih berdekatan dengan pengertian “metode”, sedang “metode” mula-mula berasal dari kata “meta” berarti melalui dan“hodos” berarti jalan. Jadi methode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan.
Bila kita mempergunakan istilah “sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren” maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren itu. Sedangkan bila kita mempergunakan istilah “sistem (“susteem” dalam bahasa Belanda) pendekatan” tentang metode pengajaran agama Islam di Indonesia, maka tak lain pengertiannya adalah “cara pendekatan dan cara penyampaian ajaran agama Islam di Indonesia” dimana scopenya yang luas, tidak hanya berbatas pada pondok pesantren, akan tetapi mencakup lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum dan non formal seperti pondok pesantren.

B.     Metode Penyampaian dalam Pengajaran Agama di Pondok Pesantren.
Dalam metode penyampaiannya ada beberapa pondok salafiyah yang masih menggunakan metode lama atau tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, metode-metode tersebut antara lain:
1.      Sorogan
Yaitu suatu sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan Kiai dengan Santri sangat dekat, sebab Kiai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu.
2.      Bandungan
Sistem bandungan ini sering disebut dengan Halaqoh dimana dalam pengajaran, kitab yang dibaca oleh Kiai hanya satu, sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kiai.
3.      Weton
Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton bukan merupakan pengajian rutin harian, tapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap selesai sholat Jum’at dan sebagainya.

Adapun metode yang dapat dipergunakan dilingkungan pondok pesantren antara lain, seperti tersebut di bawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi masing-masing:
  1. Metode tanya jawab                             10. Metode widya wisata
  2. Metode diskusi                                     11. Metode pemberian situasi
  3. Metode imlak                                        12. Metode problem solving
  4. Metode mutholaah/riatal                       13. Metode pembiasaan
  5. Metode proyek                                      14. Metode dramatisasi
  6. Metode dialog                                       15. Metode reinforcement
  7. Metode karya wisata                             16. Metode berdasarkan teori -
  8. Metode hafalan/verbalisme                         Connectionisme
  9. Metode sosiodrama                               17. Metode dengan sistem modul

Macam-macam metode itu menjadi efektif dan tidaknya bagi santri (anak didik) adalah banyak bergantung kepada pribadi pendidik (guru/pengajar/ pengasuh) itu sendiri.

C.    Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren
Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1.      Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini tekanannya diutamakan pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif dan afektif.
2.      Pendekatan Sosio-kultur
Pendekatan ini lebih ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang makin maju dalam berbudaya dan berperadapan.
3.      Pendekatan Religik
Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas).
4.      Pendekatan Historis
Ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
5.      Pendekatan Komparatif
Pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
6.      Pendekatan Filosofis
Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan mamakai akan atau rasio.

D.    Prinsip-prinsip Umum dalam Proses Belajar dan Mengajar Agama di Pondok Pesantren
Prinsip-prinsip umum belajar dan motifasi yang perlu ditetapkan dalam pondok pesantren yaitu:
1.      Prinsip Kebermaknaan
Prinsip ini menghendaki bahwa anak didik akan terdorong untuk mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
2.      Prinsip Prasyarat
Prinsip ini menuntut pendidik untuk menyadari bahwa anak didik akan tergerak untuk mempelajari hal-hal baru bila ia memiliki semua prasyarat yaitu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki anak didik dengan yang dimiliki oleh pendidik.
3.      Prinsip-prinsip Model
Prinsip ini menghendaki agar pendidik memberikan dalam proses belajar model/contoh yang dapat diamati atau ditiru oleh anak didik. Dengan demikian, ia akan berusaha memiliki tingkah laku yang baru sebagai yang diterapkan oleh pendidik dalam model/contoh tersebut.
4.      Prinsip Komunikasi Terbuka
Prinsip tersebut menuntut agar pendidik mendorong anak didik lebih banyak mempelajari sesuatu dengan cara penyajian yang disusun sedemikian rupa sehingga pesan-pesan pendidik terbuka bagi anak didik.
5.      Prinsip Kebaruan
Anak didik akan lebih banyak belajar bilamana minat/perhatiannya tertarik oleh penyajian-penyajian yang relatif baru.
6.      Prinsip Praktek Aktif
Prinsip praktek akrif yaitu anak akan dapat belajar lebih baik bilamana ia diikutsertakan dalam praktek.
7.      Prinsip Praktek Terbuka
Anak didik akan belajar lebih baik dan giat bilamana pelajaran praktek tersebut disusun dalam periode yang singkat yang didistribusikan dalam jangka waktu tertentu.
8.      Prinsip Mengurangi Petunjuk
Seorang anak didik akan lebih baik dalam belajarnya bilamana instruksi (perintah) atau petunjuk semakin dikurangi dan dihapuskan.


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode dan sistem pendidikan pada pondok pesantren itu tidak hanya berkutik pada metode-metode tradisional saja, akan tetapi pendidikan di pondok pesantren juga telah menggunakan berbagai metode-metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan tersebut, dengan demikian pendidikan pondok pesantren tidak lagi dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang kuno, bahkan pendidikan yang telah berkembang pada saat ini banyak yang menggunakan sistem yang digunakan dalam pondok pesantren.

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN



METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
1. Pengertian Metode Penelitian Pendidikan
Metodologi berarti ilmu tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentang sasaran yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan Penelitian digunakan sebagai padanan research dalam bahasa Inggris(re berarti kembali,dan search berarti mencari) dengan demikian research berarti mencari kembali. Kata research berasal dari bahasa latin reserare yang berarti mengungkapkan atau membuka. Kata ini juga diindonesiakan menjadi riset. Jadi research diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan atau membuka pengetahuan karena pengetahuan, baik yang telah ada maupun yang masih belum ditemukan, dianggap sudah ada atau tersembunyi dialam yang hanya memerlukan pengungkapannya.(Irawan Suhartono, 2000:1)
Penelitian dapat diartikan sebagai semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu dan teknologi.(Amirul Hadi dan Haryono,1998: 39).
Penelitan pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis, logis, dan berencana untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode tertentu untuk mencari jawaban atas permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan.(Amirul Hadi, 1998:12)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan bahwa metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat di temukan, dikembangkan, dan dapat dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. (Sugiono, 2009: 6)
2. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan kebenaran suatu pengetahuan.
Penemuan
Penemuan disini berarti mendapatkan sesuatu yang baru untuk mengusi kekurangan atau kekosongan atu menciptakan sesuatu yang sebelumnya belum ada.
Pembuktian
Pembuktian berarti data yang yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu.
Pengembangan
Pengembangan berarti memperluas dan menggali lebih dalam realitas atu problem yang sudah ada.(Kartini Kartono,1996:29)
Sedangkan pendapat lain menyatakan dari segi tujuannya aktifitas penelitian secara umum dikelompokkan pada penelitian : Eksplorasi, Deskripsi, dan Eksplanasi
a. Penelitian eksplorasi bertujuan untuk :
Semata-mata ingin memuaskan rasa atau hasrat ingin tahu agar memperoleh pemahaman lebih jelas tentang peristiwa social yang terjadi.
Memperoleh tingkat kelayakan melakukan penelitian yang lebih teliti,careful study
Mengembangkan metode –metode yang hendak digunakan dalam penelitian yang lebih teliti
b. Penelitian deskripsi
Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan secara teliti (accurately and precisely)tentang karakteristik yang sangat luas dari populasi.
c. Penelitian eksplanasi
Penelitian eksplanasi dikenal sebagai penelitian yang bertujuan untuk memberikan eksplanasi yakni mengungkapkan hubungan antara dua orang atau lebih konsep variabel dari suatu fenomena social.(Hamidi,2007:12)
3. jenis-jenis penelitian
Penggolongan jenis-jenis penelitian itu sangat bergantungpada peristiwa dari mana seseorang hendak meninjau persoalannya, namun secara umum penelitian dapat digolongksn dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
  1. Ditinjau dari segi tujuan esensialnya, penelitian dibedakan dalam dua macam, yaitu:Penelitian dasar atau basic research, penelitian ini bertujuan menemukan suatu generalisasi atau keumuman, dan berusaha menemukan teori-teori yang berlaku secara umum. Penelitian penerapan atau applied research, penelitian ini diarahkan pada penggunaan secara praktis dibidang kehidupan sehari-hari.
  2. Penggolongan menurut bidangnya, antara lain ialah: penelitian-penelitian pendidikan, sejarah, ekonomi, bahasa tehnik dan lain-lain.
  3. Penggolongan menurut tempat dilaksanakan penelitian, yaitu: Penelitian laboratorium, dilakuakn dalam suatu tempat khusus untuk mengadakan studi ilmiah dan kerja ilmiah. Penelitian lapangan, dilakukan dalam kancah kehidupan sebenarnya. Penelitian kepustakaan, bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan.
  4. Penggolonan menurut tujuan umum dibagi dalam: Penelitian eksploratif. Penelitian pengembangan. Penelitian verivikatif.
  5. Pengelolaan menurut tarafnya dibagi menjadi: Penelitian deskriptif, Penelitian inferensial, untuk busa menarik kesimpulan umum.
  6. Penggolongan menurut proses berlangsungnya prosedur penelitian, yaitu: Penelitian histories documenter, Penelitian eksperimental.
  7. Penggolongan menurut jenis aktivitas yang dilakukan yaitu: Penelitian penemuan fakta, Interpetasi kritis, Penelitian lengkap. (Kartini Kartono,1996:30-35)
C. Ciri-Ciri Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian dirancang dan diarahkan untuk memecahkan suatu masalah tertentu, yang dapat berupa jawaban maslah atau dapat menentukan hubungan antara, variabel-variabel penelitian
  1. Kegiatan penelitian menekankan pada pengembangan generalisasi prinsip-prinsip dan teori-teori
  2. Kegiatan penelitian berpangkal pada masalah yang dapat diobservasi
  3. Kegiatan penelitian memerlukan observasi dan deskripsi yang mapan
  4. Kegiatan penelitian berkepentingan dengan penemu baru
  5. Prosedur kegiatan penelitian diracang secara teliti dan rasional
  6. Kegiatan ppenelitian menuntut keahlian
  7. Kegiatan openelitian ditandai dengan usaha objekktif dan logis
  8. Kegiatan penelitian harus dilakukan secara cermat. Teliti dan sabar
Berdasarkan atas ciri-ciri penelitian seperti yang telah disebutkan diatas maka penelitian memiliki nilai-nilai sebagai berikut
  • Netralis emosional
  • Keterbukaan
  • Ketegakan diri (Amirul Hadi,1998: 41-42)
D. Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian ini pada umumnya sebagai berikut
  • Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
  • Penelaah kepustakaan
  • Penyusunan hipotesis
  • Identivikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi oprasioanl variabel
  • Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
  • Penyusun rancangan penelitian
  • Penentuan sampel
  • Pengumpulan data
  • Pengolahan dan analisis data
  • Interpretasi hasil anslisis
  • Penyusun laporan
Kesebelas langkah tersebut berturut akan disajikan secara ringkas, dengan menunjukan hal-hal yang pokok serta praktis.(Amirul Hadi,1998: 43-44).
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Amirul. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hadi, Amirul dan Haryono. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan II. Bandung: Pustaka Setia.
Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: Press Malang.
Irawan Soehartono. 2000. Metode Penelitian Social. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kartono, kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Social. Bandung: Mandar Maju.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta.