BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Sebagai
negara dengan jumlah agama yang beragam, Islam merupakan agama yang
mendominasi di Indonesia, Bahkan terbesar di Asia karena Indonesia
didukung oleh jumlah penduduk yang besar, lebih dari 250 juta jiwa yang
mayoritas beragama Islam.
Sebagai
negara Pancasila,asas toleransi terhadap agama lain harus ditanamkan
sejak dini.Namun yang masih banyak dipertanyakan, Agama apa yang
benar?Hans Kung,seorang profesor teologi Katolik, memaparkan adanya
empat posisi dalam soal kebenaran agama : (1) semua agama adalah salah,
ini adalah posisi kaum ateis. (2) Hanya satu agama yang benar, ini
adalah posisi Katolik tradisional.(3) Semua agama adalah benar.Jika
semua agama benar, padahal
faktanya, agama-agama itu berbeda, maka agama yang mana yang dianggap benar. Lebihpelik lagi, ketika mendefinisikan apa yang disebut dengan agama itu sendiri. (4) Satu agama adalah yang benar dan semua agama berperan dalam kebenaran satu agama.Gagasan ini cenderung mengarah pada sinkretitasi atau pembentukan agama baru yang berbeda dengan agama yang ada. “Itu artinya tidak semua yang ada dalam agama-agama dunia adalah sama besarnya dan baiknya;ada juga bagian-bagian dalam keimanan dan tradisi dalam ritus serta amalan keagamaan, struktur lembaga dan kekuasaan, yang tidak benar, tidak baik.”[1]
faktanya, agama-agama itu berbeda, maka agama yang mana yang dianggap benar. Lebihpelik lagi, ketika mendefinisikan apa yang disebut dengan agama itu sendiri. (4) Satu agama adalah yang benar dan semua agama berperan dalam kebenaran satu agama.Gagasan ini cenderung mengarah pada sinkretitasi atau pembentukan agama baru yang berbeda dengan agama yang ada. “Itu artinya tidak semua yang ada dalam agama-agama dunia adalah sama besarnya dan baiknya;ada juga bagian-bagian dalam keimanan dan tradisi dalam ritus serta amalan keagamaan, struktur lembaga dan kekuasaan, yang tidak benar, tidak baik.”[1]
Sebagai Negara dengan jumlah penduduk Islam terbanyak,tentunya sulit untuk menyatukan
golongan-golongan yang mengaku beragama Islam. Namun, bukan hanya
itu,aliran sesat semakin merajalela di Indonesia.Contohnya saja agama
Salamullah yang dibawa oleh Lia Eden,Kelompok Syiah,Ahmadiyah,LDII,dan
masih banyak lagi.Tak jarang,sering terjadi pecah konflik setiap ada
aliran baru yang di anggap menyimpang,terutama di Indonesia.
1.Adian Husaini,”Wajah Peradaban Barat”(Jakarta:Gema Insani,2005),hal.363
Pada
kasus yang sempat menggemparkan dunia dan negara lain adalah munculnya
Aliran Ahmadiyah di Indonesia.Di mana aliran ini termasuk dalam Islam
Pluralisme.Ia menggabungkan beberapa ajaran agama seperti
Kristen,Hindu,dan Budha.Hadirnya Ahmadiyah merupakan suatu tantangan
bagi pemerintah.Konflik melawan pengikutnya menimbulkan korban dan
kerugian yang tidak sedikit.
Berdasarkan
hal tersebut,kami mengangkat judul dalam makalah ini “AHMADIYAH SEBAGAI
ALIRAN SESAT DAN KONFLIK YANG DITIMBULKANNYA”
1.2.Rumusan Masalah:
Adapun masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Bagaimana latar belakang Ahmadiyah?
2.Bagaimana Tanggapan masyarakat terhadap Ahmadiyah?
3.Bagaimana dampak dari segala perlawanan terhadap Ahmadiyah?
1.3.Tujuan Penulisan:
1.Menjelaskan latar belakang Ahmadiyah
2.Menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap Ahmadiyah
3.Menjelaskan dampak dari segala perlawanan terhadap Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah adalah suatu gerakan dalam Islam yang didirikan oleh
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889, atas perintah Allah
Ta'ala. Ahmadiyah bukanlah suatu agama. Agamanya adalah ISLAM. Jemaat
Ahmadiyah menjunjung tinggi Kalimah Syahadat "Laa ilaha Illallah, Muhammadur-rasulullah". Jemaat Ahmadiyah bersaksi bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah rasul Allah.
Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi kitab suci Al-Quran sebagai Kitab
Syariat terakhir yang paling sempurna, hingga kiamat. Ahmadiyah
menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa Rasulullah shallallahu alaihi wa'aalihi wassallam sebagai Khataman-nabiyyiynyang
merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling mulia.
Beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian tasyri'i. Tidak ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw.
Nama Ahmadiyahberasal dari nama sifat Rasulullah saw. -- Ahmad (yang terpuji).
Yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan. Zaman sekarang ini
adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban Rasulullah saw. dan
merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap Allah Ta'ala. Era
penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw.. (Da'watul Amir, M.Bashiruddin Mahmud Ahmad, edisi terj.Bhs.Indonesia, 1989,h.2)
Jemaat Ahmadiyah adalah Yuhyiddiyna wayuqiymus-syariah.
Menghidupkan kembali agama Islam, dan menegakkan kembali Syariat
Qur'aniah.Dalam arti yang lebih mendalam adalah untuk menghimbau ummat
manusia kepada Allah Ta'ala dengan memperkenalkan mereka sosok sejati
Rasulullah saw., dan menciptakan perdamaian serta persatuan antar
berbagai kalangan manusia. Ahmadiyah berusaha menghapuskan segala
kendala yang timbul karena perbedaan ras dan warna kulit sehingga umat
manusia dapat bersatu dan mengupayakan perdamaian semesta.
2.2.TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP AHMADIYAH
Hadirnya Ahmadiyah menimbulkan konflik dimasyarakat.Dimana konflik menurut Joyce Hocker adalah hal yang abnormal karena hal yang normal ialah keselarasan.[2],sehingga timbul aksi yang dilakukan oleh oknum non Ahmadiyah,antara lain :
1.Melakukan Perlawanan
a. Masyarakat melakukan perlawanan terhadap Ahmadiyah. Hal ini disebabkan karena ajaran-ajaran yang di sampaikan oleh para muballigh Jema’ah Ahmadiyah, dinilai mengganggu ajaran Islam sebagaimana yang dipahami masyarakat Kuningan. Mereka meyakini bahwa Ahmadiyah melakukan
penodaan terhadap ajaran Islam, menyimpang dan bahkan telah sesat dan
menyesatkan. Masyarakat Kuningan terutama tokoh agama pengawal ajaran
agama Islam di Kuningan, menolak secara tegas ajaran tersebut.
b. Contoh lain adalah Kejadian Beberapa
rumah warga Ahmadiyah di Cisalada, Bogor, yang dibakar oleh ratusan
massa pada Jumat malam (1/9). Tidak hanya itu, sebuah masjid tempat
Jemaah Ahmadiyah menjalankan ibadah pun hangus terbakar. Kendaraan milik
warga, seperti motor dan mobil, tidak luput dari keberingasan para
penyerang yang tidak bertanggung jawab ini.[3]
2.Melakukan pengkajian sehubungan dengan ajaran Ahmadiyah
Sehubungan dengan ajaran Ahmadiyah,masyarakat menyimpulkan bahwa ajaran Ahmadiyah itu telah mengajarkan :
1. Penodaan Agama oleh Ahmadiyah dengan Nabi Palsunya Mirza Ghulam Ahmad
(1835-1908M). Mirza Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah (sesudah Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam):
نَّا اَرْسَلْنَا اَحْمَدَ اِلَى قَوْمِهِ فَاَعْرَضُوْا وَقَالُوْا كَذَّابٌ اَشِرٌl
"Sesungguhnya Kami mengutus Ahmad kepada kaumnya, akan tetapi mereka
berpaling dan mereka berkata: seorang yang amat pendusta lagi sombong" (Tadzkirah, halaman 385).
Jika dibandingkan dengan ayat Al-Qur’an:
إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab
yang pedih”(QS Nuh:1).
Dalam Tadzkirah itu, Mirza Ghulam Ahmad berdusta,
mengatasnamakan Allah telah mengutus Ahmad (yaitu Mirza Ghulam Ahmad)
kepada kaumnya. Mirza Ghulam Ahmad telah berdusta, mengangkat dirinya
sebagai Rasul utusan Allah, disejajarkan dengan Nabi Nuh as yang telah
Allah utus. Hingga di ayat-ayat buatan Mirza Ghulam Ahmad dibuat juga
seruan dusta atas nama Allah agar Mirza Ghulam Ahmad membuat perahu.
2. Mirza Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah untuk seluruh manusia (sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam):
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْ نِىْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ – وَقُلْ يَآاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّى رَسُوْلُ اللهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا
Artinya: “Katakanlah (wahai Ahmad): Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihimu – dan katakanlah:
“Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”. (Tadzkirah hal: 352)
Ayat-ayat ini adalah rangkaian dari beberapa ayat suci Al-Qur’an, yaitu surat Ali Imran 31 dan surat Al-A’raf 158.
Semua ayat ini dibajak dengan perubahan, penambahan, dan pengurangan,
lalu dirangkaikan menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”.
3. Ghulam Ahmad membajak ayat-ayat Al-Qur’an tentang Nabi Isa as namun dimaksudkan untuk diri Mirza.
وَ لِنَجْعَلَهُ اَيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّا وَكَانَ اَمْرًامَقْضِيًّا – يَاعِيْسَى
اِنِّى مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَىَّ وَ مُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيُنَ كَفَرُوْا
اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – ثُلَّةٌ مِنَ اْلاَوَّ لِيْنَ وَثُلَّةٌ مِنَ اْلآَخِرِيْنَ
Artinya:“Dan agar Kami dapat menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan
sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan - Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku dan mensucikanmu dari
orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di
atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat - Yaitu Segolongan besar
dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar (pula) dari orang
yang kemudian”. (Tadzkirah hal: 396)
Ayat-ayat ini adalah rangkaian dari beberapa ayat suci Al-Qur’an, yaitu
surat Maryam ayat 21, Ali Imran ayat 55, dan Al-Waqi'ah ayat 39-40.
Semua ayat ini dibajak dengan perubahan, penambahan, dan pengurangan,
lalu dirangkaikan menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”.
4. Ahmadiyah Memiliki Kitab Suci sendiri namanya Tadzkirah, yaitu kumpulan wahyu suci (wahyu muqoddas). Mirza Ghulam Ahmad mengaku diberi wahyu Allah:
اِنَّ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا- قُلْ اِنَّمَا اَناَ بَشَرٌ يُّوْحَى اِلَيَّ َانَّمَآ اِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَاحِدٌ
Artinya: “Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya adalah sesuatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya – katakanlah sesungguhnya
aku (Ahmad) ini manusia, yang diwahyukan kepadaku bahwasannya Tuhan
kalian adalah Tuhan yang Maha Esa”. (Tadzkirahhalaman: 245)
Ayat-ayat buatan Mirza Ghulam Ahmad itu dicomot dari sana-sini dengan
mengadakan pengurangan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan penyambungan
yang semau-maunya yaitu surat Al-Anbiya’ ayat 30 dan surat Al-Kahfi ayat
110.
أَوَلَمْ يَرَالَّذِيْنَ كَفَرُوْآ أَنَّ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya”. (Qs Al-Anbiya: 30).
قُلْ اِنَّمَآ اَناَ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى اِلَيَّ أَ نَّمَآ اِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَاحِد
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan Yang Esa”. (Qs. Al-Kahfi: 110).
Semua ayat ini dibajak dengan perubahan maksud, pengurangan, lalu dirangkaikan menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”. Ketika ayat Al-Qur’an bicara qul (katakanlah) di situ maksudnya adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sehingga manusia yang diberi wahyu dalam ayat Al-Qur’an itu adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Namun secara licik, Mirza Ghulam Ahmad telah memlintir maksud ayat
Al-Qur’an itu ketika dia masukkan ke dalam apa yang dia klaim sebagai
wahyu untuk dirinya, maka manusia yang diberi wahyu itu adalah Mirza
Ghulam Ahmad. Ini jelas-jelas Mirza Ghulam Ahmad telah berdusta atas
nama Allah Subhanahu wa Ta'ala, sekaligus menyelewengkan dan menodai
kitab suci umat Islam, Al-Qur’anul Karim, dengan cara keji.
5. Merusak aqidah/keyakinan Islam:
a. Mirza Ghulam Ahmad mengaku bahwa Allah itu berasal dari Mirza Ghulam Ahmad
اَنْتَ مِنِّىْ وَاَناَ مِنْكَ
"Kamu berasal dari-Ku dan Aku darimu" (Tadzkirah, halaman 436).
b. Mirza Ghulam Ahmad, mengaku berkedudukan sebagai anak Allah. Ini Allah dianggap punya anak:
اَ نْتَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ وَلَدِىْ
"Kamu di di sisi-Ku pada ke-dudukan anak-Ku" (Tadzkirah halaman 636).
6. Menganggap semua orang Islam yang tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Rasul adalah musuh. Kitab Tadzkirahhalaman 402:
سَيَقُوْلُ الْعَدُوُّ لَسْتَ مُرْسَلاً
"Musuh akan berkata: kamu (Mirza Ghulam Ahmad) bukanlah orang yang diutus (Rasul)" (Tadzkirahhalaman 402)
7. Selain golongannya maka dianggap kafir dan dilaknat.
Tadzkirah, halaman 748-749:
لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الَّذِىْ كَفَرَ
"Laknat Allah ditimpakan atas orang yang kufur."
َانْتَ اِمَامٌ مُّبَارَكٌ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى مَنْ كَفَرَ
"Kamu adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang kufur."
بُوْرِكَ مَنْ مَّعَكَ وَمَنْ حَوْلَكَ.
"Kamu adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang kufur."
8. Memutar balikkan ayat-ayat Al-Qur’an. Contohnya:
تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ مَاكَانَ لَهُ اَنْ يَّدْخُلَ فِيْهَا اِلاَّ خَائِفًا
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa -
Dia itu tidak masuk ke dalamnya (neraka), kecuali dengan rasa takut." Di dalam Al-Qur’an, bunyi ayatnya:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَب مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَب
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan"
(Qs Al-Lahab: 1-2).Paham ini adalah bentuk Pluralisme;paham yang
memadukan agama-agama yang berbeda,dibuktikan dengan pernyataan bahwa
MirzaGulam Ahmad adalah Nabi terakhir,Almahdi,Almasih,Krisna yang
ditunggu-tunggu.Jelas sekali Ahmadiyah ini telah menyimpang bagi agama
Islam dan yang lainnya.[4]
3.Meminta agar Ahmadiyah di bubarkan dan tidak diijinkan di Indonesia
Contoh
Konflik yang terjadi adalah Ratusan orang yang tergabung dalam ormas
Islam di Cianjur, Jabar, Senin, datangi kantor Bupati Cianjur, menuntut
ketegasan pemerintah daerah untuk membubarkan Jemaah Ahmadiyah Cianjur
yang terjadi pada 6 Mei 2013.
Pengujuk rasa yang terdiri dari Fron Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Muslim Penyelamat Akhlak (Gempa) itu, menilai Jemaah Ahmadiyah di Cianjur dan Indonesia, jelas-jelas telah melanggar SKB 3 menteri, dengan tetap melakukan aktifitas keagamaan[5]
Pengujuk rasa yang terdiri dari Fron Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Muslim Penyelamat Akhlak (Gempa) itu, menilai Jemaah Ahmadiyah di Cianjur dan Indonesia, jelas-jelas telah melanggar SKB 3 menteri, dengan tetap melakukan aktifitas keagamaan[5]
4.Melakukan aksi kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyah
Aksi kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah oknum antara lain Perusakan Masjid Nurhidayah milik jemaah Ahmadiyah di Kabupaten Cianjur oleh 200-an orang, Jumat, 17 Februari 2012.
selain itu Pada 6 Februari 2011, ribuan orang menyerang warga Ahmadiyah Cikeusik, Pandeglang. Tiga anggota Ahmadiyah meninggal, sementara rumak milik Ahmadiyah hancur dirusak massa.
Kasus
lain adalah pada 4 April 2011, Masjid Al-Mubarok milik Ahmadiyah di
Kampung Sindang Barang, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat,
disegel oleh Pemerintah Kota Bogor. Tindakan penyegelan setelah
sebelumnya ratusan massa memprotes keberadaan masjid Ahmadiyah.[6]
1.3.DAMPAK ALIRAN SESAT AHMADIYAH
a. peristiwa kekerasan yang dilakukan sekelompok orang, cara penanganan peristiwa-peristiwaoleh aparat keamanan dan pemerintahserta framing mediamassa dalam melaporkan insiden kekerasan terhadap Ahmadiyah masyarakat membuatpola komunikasi sosial anggota Ahmadiyah menjadi lebih rahasia, tapi aktif -konsolidatif internal.
b.
Masyarakat muslim yang tidak simpati terhadap tindakan polisi yang
memihak ini bisa mengeluarkan reaksi yaitu mereka bisa meninggalkan
agama Islam. Mereka bisa mengalih ke agama lain. Kalau hal ini
terjadi/sedang terjadi, maka senjata api polisi itu tidak ada artinya.
c. Korban berjatuhan akibat serangan dari oknum anti-ahmadiyah serta kerugian materi yang tidak sedikit.
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan pertama,
secara empirik dampak yang telah terjadi akibat sikap pemerintah
terhadap Ahmadiyah, semakin menguatkan sikap kolonisasi dari kelompok
non Ahmadiyah. Dan Ahmadiyah semakin sempit untuk mempertahankan
eksistensinya sebagai sebuah keyakinan yang sudah cukup banyak umat
tersebar di berbagai daerah termasuk di Manislor Kuningan. Kedua,
adanya pendekatan sosialisasi keagamaan yang lebih mengedepankan nilai
“kemutlakan” keyakinan yang dianut secara berlebihan, dengan menafikan
kebenaran keyakinan lain, dan cenderung memiliki kontribusi terhadap
sikap intoleransi di kalangan umat. Akibatnya derajat konflik keagamaan
menjadi tinggi.
Dengan
demikian, perbedaan pandangan keyakinan dalam agama menjadi potensi
dalam melahirkan konflik dan berakibat tidak adanya transformasi
internal elemen-elemen doktrin teologis yang diyakini masing-masing
kelompok keagamaan. Termasuk kegagalan tokoh agama dalam membahasakan
visinya, sehingga meletakkan posisi agama sumber radikalisasi yang
mengkooptasi massa untuk menolak yang berbeda pandangan.
Kemudian
tidak adanya instrument yang disepakati oleh para pihak yang
berkonflik. Setiap masing-masing kelompok menggunakan standar atau
normanya sendiri-sendiri. Satu berpegang dengan standar normatif agama
yang doktriner, sementara pihak lain menggunakan standard hak asasi
manusia terutama Ahmadiyah dan pembelanya. Dan tidak ada upaya
partisipasi yang kuat dari kedua belah pihak untuk merusmuskan instrumen
yang disepakati
Pembedaan
Ahmadiyah dan non Ahmadiyah telah memperlihatkan keajegan dalam membawa
kecendrungan konflik horizontal yang semakin menunjukkan fluktuasi
“kekerasan” yang bernuansa agama semakin kentara. Kemudian kebijakan
keagamaan tentang Ahmadiyah telah memberi implikasi pada
instrumentalisasi agama serumit saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar