Oleh.Drs.H.Mutawalli,M.Pd.I
PENDAHULUAN
Dalam
perkembangannya Mesir merupakan kota yang beragam akan sejarah, dari mulai
sejarah fir’aun hingga munculnya tokoh-tokoh pembaharu disana untuk memajukan
dan meningkatkan kualitas kota Mesir tersebut. Kemajuan Mesir banyak
dipengaruhi oleh pikiran-pikiran pembaharu yakni dari mulai pemikirannya
napolen hingga muhammad Abduh dan murid-muridnnya.
Awalnya
Napoleh datang ke mesir untuk menduduki kota tersebut tapi karena kejadian
tersebut mesir dapat pengetahuan-pengetahuan baru dari negara eropa tempat
tinggal Napoleon tersebut. Kita tahu bahwa Muhammad Ali merupakan pembahuru
yang sangat berpengaruh dalam gerakannya di Mesir tapi disini kami bukan
menjelaskan pemikiran pembaharu Napoleon ataupun Muhammad Alli. Disini kami
akan sedikit menjelsakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tokoh pembaharu
islam yang tidak kalah terkenalnya dengan Napolen maupun Muhammad Ali yakni
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi.
al-Tahtawi
merupakan pembawa pemikiran pembaharu yang sangat berpengaruh di pertengahan pertama
dari abad ke 19, dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali, al-Tahtawi sangat
memainkan perannya dalam gerakan tersebut.
Untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah PMDI, kami akan menjelsakan biografi,
karya-karya dan pemikiran pembaharu dari al-Tahtawi.
A. Biografi al-Tahtawi
al-Tahtawi
memiliki nama lengkap Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi, ia merupakan pembawa
pemikiran pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad
ke-19. Ia lahir di Tahta pada tahun 1801, Tahta merupakan kota yang berada di
bagian selatan mesir dan wafat pada tahun 1873 di kairo. Ketika Muhammad Ali
mengambil alih kekayaan di Mesir, harta orang tua al-Tahtawi termasuk dalam
kekayaan yang dikuasai itu dan ia terpaksa menempuh pendidikan masa kecilnya
oleh bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun al-Tahtawi memutukan
untuk melanjutkan studinya ke al-Azhar dan pada tahun 1822 ia menyelesaikan
studinya.
Al-Tahtawi
merupak murid kesayangan dari gurunya Syaikh Hasan al-Attar yang banyak mempunyai
hubungan dengan Napoleon ketika ia datang ke mesir. Gurunya al-Tahtawi ini
sering mengadakan kunungan kepada ahli-ahli dari Prancis tersebut untuk
mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan mereka. Dan mereka pun menerima kunjungan
itu dengan senang hatu karena mereka bisa belajar bahasa arab dari gurunya
al-Tahtawi.
Setelah
lulus menyelesaikan studinya di al-Azhar ia langsung mengajar disana, pada
tahun 1824 al-Tahtawi diangkat menjadi imam tentara dan dua tahun kemudian
al-Tahtawi diangkat menjadi imam para mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad
Ali ke Paris.selama lima tahun di Paris ia tidak menyianyiakan waktunya
tersebut, ketika sesampainya disana ia langsung mencari guru khusus bahasa Prancis
untuk mengajarinya belajar bahasa Prancis. Dengan waktu singkat ia berhasil
menguasai bahasa tersebut karena kesungguhannya dalam mempelajari bahasa .itu.
Terbukti selama masa tinggalnya di Paris al-Tahtawi berhasil menterjemahkan 12
buku dan risalah, diantara risalah tersebut adalah tentang sejarah Alexander
Macedonia, mengenai ilmu pasti, risalah tentang ilmu tektik, risalah mengenai
hak-hak manusia, risalah tentang jasmani dan sebagainnya.
Selain
menterjemahkan buku-buku dan risalah, waktu di Paris ia sempatkan juga untuk
membaca buku-buku yang ada disana. Dan buku-buku yang dibaca antara lain
buku-buku sejarah, teknik, ilmu politik, ilmu bumu dan lain-lain. Dan ia juga
membaca buku karangan Montesquieu, Voltaire dan Roseau.
Buku-buku
yang dibaca al-Tahtawi rupanya mencakup berbagai lapangan ilmu pengetahuan.
Kelihatannya ia sengaja membaca lapangan-lapangan yang berbeda dan tidak
memfokuskan kesatu lapangan ilmu pengetahuan saja karena tujuannya ialah hanya
menterjemahkan buku-buku Prancis kedalam bahasa Arab. Dengan demikian
pembaca-pembaca Arab dapat mengetahui ilmu pengetahuan barat yang ia rasa perlu
mereka ketahui untuk kemajuan mereka.
Sekembalinya
dari Parisa, al-Tahtawi menjadi seorang guru bahasa Prancis dan penterjemah di
sekolah kedokteran. Disini ia membimbing penerjemah buku-buku ilmu kedokteran.
Dua tahun kemudian ia pindah ke Artileri untuk mengepali penerjemahan buku-buku
tentang ilmu teknik dan kemiliteran.
Ditahun
1836 didirikan “sekolah penerjemah” oleh Muhammad Ali dan nama sekolah tersebut
berubah menjadi “sekolah bahasa-bahasa asing” yang diajarkan sekolah ini antara
lain bahasa Turki, Persia, Itali, dan juga ilmu-ilmu teknik, sejara dan ilmu
bumi. Dan al-Tahtawi dipercaya untuk menjadi pimpinan di sekolah ini. Selain
dari mengajar dalam tugasnya termasuk pula mengkoreksi buku-buku yang
diterjemahkan murid-muridnnya. Menurut keterangan hampir seribu buah buku yang
diterjemahkan sekolah ini kedalam bahasa Arab.
Setelah
Muhammad Ali meninggal ditahun 1848 cucunya Abas menjadi Pasya di Mesir. Abas
karena hal-hal yang kurang jelas dan tidak senang dengan al-Tahtawi lalu ia
dipindahkan ke Sudan untuk mengepalai sebuah sekolah dasar disana. Setelah Abas
wafat ditahun 1854. Al-Tahtawi dipanggil ke Kairo oleh Said yakni Pasya yang
baru. Dan ia diangkat menjadi “kepala sekolah militer”. Disana ia pentingkan
pelajaran bahasa asing dan men gadakan satu bagian khusus untuk penerjemahan.
Ditahun 1863, Khedewi Ismail mengadakan “Badan Penerjemah Undang-Undang
Prancis” dan al-Tahtawi dipercayai untuk menjadi pimpinan tersebut.
B. Karya-Karya dan Pemikiran Pembaharu al-Tahtawi
Sekian
jauh aktivitasnya ternyata terlihat bahwa al-Tahtawi berpusat kepada
penterjemahan dan mengepalai sekolah-sekolah dan ia juga pernah berpendapat
bahwa penterjemahan buku-buku barat kedalam bahasa Arab itu penting, agar umat
islam dapat mengetahui ilmu-ilmu yang membawa maju Barat, dan dengfan demikian
umat Islam berusaha pula memajukan diri mereka.
Disamping
aktivitasnya dalam lapangan penterjemahan ternyata ia juga pernah menjadi
pimpinan dari surat kabar resmi yang diterbitkan Muhammad Ali. Selain memuat
berita-berita resmi dalam surat kabar tersebut diselipkan pengetahuan tentang
kemajuan Barat, khususnya ia terangkan teori Politik, Demokrasi, Aristokrasi,
Monarki, dan lain sebagainnya.
Pada tahun 1870 didirikan majalah Raudatul
Madaris yang bertujuan memajukan bahasa Arab dan menyebarkan ilmu-ilmu
pengetahuan modern kepada khalayak ramai. Majalah itu mengadung tulisan-tulisan
tentang sastra Arab, ilmu Falak, ilmu Bumi, ilmu Akhlak dan lain sebagainnya.
Selain
dari mengarang untuk majalah-majalah tersebut diatas al-Tahtawi juga mengarang
buku. Diantara buku-bukunya yang terpenting adalah.
Þ
Takhlisul-Ibriz fi Talkhisi Bariz (“Intisari dari Kesimpulan Tentang Paris”)
Isi dari buku ini mengenai kesan-kesan
al-Tahtawi tentang perjalanan ke Paris, selama ia tinggal disana dan perjalanan
pulang ke Mesir. Buku ini bukan hanya menceritakan sejarah perjalanannya ke
Paris tetapi yang terpenting menerangkah hal-hal yang bersangkutan dengan hidup
dan kemajuan orang Eropa yang telah ia lihat di Paris. Didalamnya ia terangkan
sistem pemerintahan Prancis, Reolusi ditahun 1789, cara pemeliharaan kesehatan
penduduk Paris (Rumah sakit, pengobatan dan sebagainya), ilmu-ilmu pengetahuan
yang diajarkan di sekolah Paris, konstitusi Prancis, adat istiadat eropa dan
lain sebagainnya. Karena sangat pentingga buku ini untuk mengetahui hidup dan
kemajuan Eropa bagi orang islam diwaktu itu, ia terjemahkan kedalam bahasa
Turki dan dianjurkan oleh Muhammad Ali supaya dibaca oleh pegawai-pegawaimpemerintahannya.
Þ
Manahijul-albab al-Misriyyah, fi manahijil-adab
al-‘asriyyah (“Jalan Bagi Orang Mesir untuk Mengetahui Literatur Modern”)
Buku ini menerangkan betapa pentingnya
kemajuan ekonomi bagi kemajuan negara dan juga dalam buku ini ia menjelaskan bahwa
pemerintahan yang baiklah yang dapat memajukan ekonomi, dan oleh karena itu
buku tersebut menerangkan ketatanegaraan yang baik menurut paham tradisional
dalam islam. Raja atau sultan mempunyai kekuasaan eksekutif yang mutlak, tetapi
kekuasaan itu harus dibatasi oleh syariat dalam syura (para ulama). Jadi Raja
harus menghormati ulama dan memandang mereka sebagai pembantunya dalam soal
pemerintahan. Dan menurutnya syariat harus disesuaikan dengan keadaan dan
situasi modern dan kaum ulama harus mengetahui kemajuan modern untuk dapat
menafsirkan syariat sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Oleh karena itu
mereka harus mempelajari pengetahuan dari Barat.
Þ
Al-Mursyidul-Amin lil Banati wal Banin (“Petunjuk Bagi Pendidikan Putra dan Putri)
Menurutnya pendidikan dasar harus bersifat Universal dan sama bentuknya
untuk setiap golongan, didikan menengah harus memiliki kualitas tinggi.
Anak-anak perempuan harus mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak
laki-laki. Kaum ibu harus mempunyai didikan, agar menjadi istri yang baik dan
bukan hanya menjadi kebutuhan jasmani bagi suaminya saja akan tetapi mampu
menjadi teman suami dalam kehidupan intelektual, dan juga agar dapat bekerja
sebagai lelaki dalam batas-batas kesanggupan dan pembawaan mereka, dan selanjutnya
untuk mereka agar dapat melepaskan diri dari kekosongan waktu di rumah tangga
dan dari kebiasaan mengobrol dengan tetangga.
Menurutnya fungsi pendidikan bukan hanya memberi ilmu pengetahuan tetapi
yang terpenting adalah menanamkan kepribadian dan hub al-watan (rasa
patriotisme). Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang
membentuk masyarakan yang memiliki peradaban. al-Tahtawi adalah orang Mesir
yang pertama sekali yang menganjurkan patriotisme. Paham bahwa seluruh dunia
islam adalah tanah air tiap orang muslim, telah berubah tekanannya. Tanah air
sekarang ditekankan artinya pada tumpah darah seseorang bukan seluruh dunia
islam. Jadi ada dua persaudaraan, persaudaraan islam dan persaudaraan setanah
air. Mengenai kedua hal tersebut bagi al-Tahtawi tidak jelas. Tapi perkembangan
dalam dunia islam selanjutnya membuat persaudaraan setanah air lebih kuat dari
pada persaudaraan keislaman. Dalam kewajiban seseorang terhadap tanah airnya
termasuk mengadakan persatuan, tunduk kepada undang-undang dan sedia
mengorbankan harta dan diri. Diantara hak yang terpenting bagi seorang warga
negara ialah kemerdekaan, karena kemerdekaan yang dapat mewujudkan masyarakat
yang sejati dan patriotisme yang kokoh.
Þ
Anwaru Taufiq al-Jalil fi Akhbari Misra wa Tausiqi Bani
Imail (“Cahaya Taufik yang Agung pada Berita-berita Mesir dan pengukuhan anak
Keturunan Khedewi Ismail)
Buku ini mengandung sejarah Mesir dari mulai
zaman Fir’aun, ia memperlihatkan kebanggaannya akan peradaban dan kemajuan
ekonomi Mesir pada zaman Fir’aun. Mesir modern adalah lanjutan dari Mesir zaman
Fir’aun, dan karena itu ia tak enggan menulis syair-syair yang memuju Fir’aun.
Mesir modern betul Islam, tetapi bukan semua penduduk Mesir beragama islam.
Orang-orang beragama islam harus diberi kemerdekaan beragama, dan mesir Islam
dan Mesir bukan islam adalah bersaudara.
Semua
ini adalah konsep baru bagi dunia Islam dizaman al-Tahtawi. Persaudaraan yang
dikenal orang adalah persaudaraan keislaman, dan tanah air adalah seluruh
negara Islam dan sejarah adalah sejarah islam. Dalam konsep baru ini terdapat
benih Nasionalisme.
Þ
Al-Qaul as-Sadid fil-Ijtihad wa-Taqlid (“Perkataan yang Benar Tentang Ijtihad dan
Taklid”)
Al-Tahtawi hanya menjelaskan syariat-syariat dan rupa-rupa ijtihad dalam
Islam, ijtihad mutlak, ijtihad dalam mazhab, ijtihad dalam fatwa. Tetpi
bagaimanapun, penjelasan-penjelasan al-Tahtawi ini menarik perhatian orang pada
ijtihad, dan akhirnya membawa pada pendapat bahwa pintu ijtihad adalah terbuka
bukan tertutup.
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi merupakan pembawa pemikiran pembaharuan
yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama abad ke-19 di Mesir. Ia
dilahirkan di Tahta, suatu kota di Mesir bagian selatan pada tahun 1801 dan
meninggal di Kairo pada tanggal 1873. ia hidup pada masa kepemimpinan Muhammad
Ali dan ketika Muhammad Ali mengambil alih semua kekayaan yang ada di mesir,
al-Tahtawi terpaksa menempuh pendidikan masa kecilnya oleh bantuan keluarga
ibunya karena harta orang tuanya termasuk dalam pengambil alihan kekayaan yang
dilakukan oleh Muhammad Ali. Ketika umur 16 tahun ia melanjutkan pendidikannya
ke al-Azhar. Dan setelah lima tahun ia selesai dari studinya di al-Azhar itu
tepatnya pada tahun 1822.
Setelah
selesai dari studinya di al-Azhar ia mengajar disana selama dua tahun, kemudian
ia diangkat menjadi imam militer di tahun 1824, dua tahun kemudia ia diangkat
menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali ke Paris. Selama
lima tahun di paris ia mempelajari bahasa francis dan untuk mempelajarinya ia menggaji
seorang guru khusus bahasa untuk mengajarkan dia bahasa francis.
selama
lima tahun di paris ia pergunakan untuk membaca buku-buku francis dan juga
menterjemahkan buku-buku francis. Tercatat selama 5 tahun disana sudah 12 buku
dan risalah yang berhasil ia terjemahkan kedalam bahasa arab.
sekembalinya
dari paris ia menjadi guru bahasa francis dan penerjemah di sekolah kedokteran.
2 tahun kemudian ia pindah ke sekolah artileri untuk mngepali penerjemahan
buku-buku tentang ilmu teknik dan kemiliteran. Pada tahun 1836 didirikan
sekolah penerjemah (bahasa-bahasa asing) dan yang dipercaya untuk menjadi
pimpinan sekolah itu adalah al-Tahtawi.
Dalam masa hidupnya ia mempunyai karya-karya
yang penting yang harus diketahui yakni:
Buku-buku yang ditulis oleh al-Tahtawi
Þ Takhlisul-Ibriz fi Talkhisi Bariz (“Intisari
dari Kesimpulan tentang Paris”)
Þ Manahijul-albab al-Misriyyah fi Manahijil-adab
al-;Asriyyah (“Jalan Bagi OrangMesir untuk Mengetahui LiteraturModern”)
Þ Al-Mursyidul-Amin lil Banati wal Banin
(“Petunjuk Bagi Pendidikan Putra dan Putri”)
Þ Al-Qaul as-Sadid fil-Ijtihadi wa-Taqlid
(“Perkataan yang Benar tentang Ijtihad dan Taklid”)
Þ Anwaru Taufiq al-Jalil fi Akhbari Misra, wa
Tausiqi Bani Ismail (“Cahaya Taufik yang Agung pada Berita-berita Mesir dan
Pengkukuhan Anak Keturunan Khedewi Ismail”)
Dan ini merupakan pemikiran al-Tahtawi yang
bersfat pembaharu
1)
Jika umat islam ingin maju harus belajar ilmu pengetahuan
sebagaimana kemajuan yang terjadi di Barat (Eropa). Untuk itu umat islam harus
berani belajar dari Barat
2)
Negara yang baik adalah negara yang pandai meningkatkan
ekonomi rakyat, sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman Fir’aun
3)
Kekuasaan Raja sangat absolut, sehingga perlu dibatasi
oleh undang-undang syariat yang dipimpin oleh majelis syura (ulama). Oleh karena
antara Raja dengan Ulama harus bisa berunding untuk melaksanakan hukum syariat
4)
Umat islam harus menguasai bahasa asing jika ingin maju
disamping bahaa arab. Bahasa arab berfungsi untuk memahami al-Qur’an dan
al-Hadis, bahasa asing berfungsi untukmenerjmahkan dan memahami ilmu dan
peradaban Barat
5)
Umat islam harus memahami ilmu-ilmu pengetahuan modern
jika tidak ingin umat islam ketinggalan
6)
Umat islam tidak boleh bersikap fatalis (pasrah dengan
keadaan) tanpa berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-cita
D. PENUTUP
Sudah dijelaskan diatas bahwa al-Tahtawi
merupakan tokoh pembaharu yang tak kalah terkenalnnya dari tokoh-tokoh terkenal
lainnya dengan karya-karya nya dan juga segala aktivitasnnya yang luarbiasa
yakni menterjemahkan buku dan mengarang untuk surat kabar dan yang terakhir
mengarang sebuah buku yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan Mesir di kala
itu.
Ternyat dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk memajukan sebuah daerah
terutama negara hal yang paling utama adalah bahasa asing karena jika kita
tidak bisa berbahasa asing kita tidak akan tau kemajuan, pengetahuan, dan
ilmu-ilmu yang membuat negara lain sangat maju. Namun jika kita tekun untuk
mempelajari bahsa kita akan mengetahui bagaimana negara lain bisa maju dengan
ilmu pengetahuaannya yang sangat menakjubkan. Jadi untuk permasalahan ini kita
jangan sampai malu mengakui keberhasilan negara tetangga seharusnya kita bisa
belajar dari mereka, hilangkan lah sikap gengsi untuk kemajuan negara kita.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta:
BulanBintang,1975
Tidak ada komentar:
Posting Komentar